Suatu hari di Kantor Imigrasi

Karena keperluan mengurus paspor, hari Sabtu kemarin saya pergi ke Kantor Imigrasi. Sebenarnya dengan mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu ekstra, saya tidak perlu capek kesana-kemari untuk mengurus dokumennya karena pemberi jasa pengurusan paspor tinggal telpon saya dan saya hanya datang ke Kantor Imigrasi hanya untuk pembuatan foto. Tetapi saya tidak memilih jalan itu, karena saya pikir dengan dokumen yang lengkap urusan di Kantor Imigrasi akan lancar2 saja. Toh saya tinggal menunjukkan paspor lama saya dan dokumen yang biasa dipakai untuk persyaratan pembuatan paspor urusan akan beres. Tetapi teman baik saya menyarankan untuk tetap menggunakan jasa orang yang biasa mengurus paspor. Setelah dia mengontak salah satu temannya, akhirnya kami sepakat untuk bertemu si bapak yang biasa mengurus paspor ini. Setelah dijelaskan bla bla bla...saya tanya kenapa diformulir yang ditulis adalah pembuatan paspor baru sedangkan saya punya paspor lama. Beliau menjelaskan nanti urusannya jadi rumit, mana paspor saya adalah keluaran Kantor Imigrasi Ambon. Ya sudahlah, saya juga tidak mau banyak komentar. Dan kami sepakat untuk ketemu beliau lagi hari Sabtu untuk pembayaran dan foto.

Setelah ditelpon, saya dan si Abi ketemu si bapak yang biasa mengurus paspor, di depan Kantor Imigrasi. Begitu tiba di depan Kantor Imigrasi, saya bertanya kenapa kantor ini ramai sekali. Tidak pernah saya lihat kantor2 pemerintah seramai ini kecuali Gedung DPRD yang sering ramai karena ada demo. Dan si bapak yang mengurus paspor sayapun tersenyum...mereka calon TKI Bu, katanya. Ketika naik ke lantai satu untuk menyerahkan dokumen, lantai inipun tak kalah ramainya. Orang sibuk sana-sini, map merah, kuning, hijua bertumpuk disana-sini dan yang mengurus paspor biasa seperti saya hanya satu dua orang saja, selebihnya adalah pengurusan paspor untuk calon TKI. Saya tiba2 jadi gerah karena udara cukup panas dan asap rokok yang memenuhi ruangan..ugh!

Setelah urusan pembayaran, saya harus ke lantai dasar untuk cap sidik jari dan foto. Pemandangan di lantai dasarpun tidak kalah ramainya. Dan sayapun hanya terbengong-bengong melihat jumlah calon TKI yang bisa dikatakan berjubel, menanti urusannya
selesai. Karena saya menggunakan jasa, jadi urusan lancar. Ketika screening, rasanya baru duduk dan ditanya satu dua pertanyaan ketika semua dokumen saya sudah selesai diparaf dan tinggal pembuatan foto saja. Saya lirik, seorang calon TKI yang duduk disebelah saya ketika screening, setelah saya selesai fotopun dia masih duduk manis menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

Setelah semua beres, kami sempat berbincang lama dengan si bapak yang telah membantu saya mengurus paspor. Jadi bisa dibayangkan kalau saya mengurus paspor sendiri, tumpukan tinggi map2 disetiap meja akan membuat dokumen saya harus menunggu lama untuk pindah ke meja lainnya dan sayapun akan duduk berjubel dengan para calon TKI untuk menunggu proses cap sidik jari dan screening. Dan uang yang saya keluarkanpun tidak sampai 350 ribu dibandingkan uang yang harus dikeluarkan oleh para calon TKI yang jumlahnya mencapai 500 ribu lebih hanya untuk mengurus paspor, belum lagi uang yang harus dikeluarkan untuk membayar jasa orang yang mengurusnya dan waktu yang harus dihabiskan berhari-hari agar paspornya selesai diurus.

Sayapun jadi teringat berita di media tentang nasib seorang TKI asal Lombok Timur yang menghadapi ancaman hukuman mati di Malaysia karena membunuh majikannya. Dan sayapun hanya bisa berdoa, semoga para calon TKI yang saya temui di Kantor Imigrasi tidak bernasib sama dengannya dan mereka bisa kembali nantinya sebagai pahlawan devisa.

Comments

Anonymous said…
Begitulah romantika berurusan dengan imigrasi, kebetulan baru tadi sinng Selasa (27/3) saya ke sana nganter nyokap yg ngurus paspor buat umroh. Kebetulan udah adan sign dari sesama komandan yg salah satunya sahabat keluarga kami. Karena lewat jalur komandan, udah pasti asin punya urusan, sempat juga dipingpong. Tapi begitu saya meradang, baru mereka sadar dan ngelayanin dengan baik. Akhirnya proses kelar 1/2 hari sampe tanda tangan, tinggal besok ngambilnya. Pengen sih rada2 preman dikit dengan maksain harus jadi hari ini, tapi kompromi deh dengan nyokap yg punya niat mulia buat umroh. Takut ntar pahalanya berkurang karena anaknya gertak petugas yg ga oke banget dalam ngelayanin. Emang dasar, duit yang jadi ukurannya.
Anonymous said…
gak sesusah itu kok bu, saya bikin pasport cuman 260an. gak semua yang ngantri tuh TKI kok bu. ya emang agak susah dan ngantri, itu wajar kok karena emang banyak yang mo keluar negeri.
sikap seperti ibu yang pengen jalan pintas itulah yang menyuburkan keberadaan calo dan adanya korupsi di negara kita. apalagi tuh pasport buat umroh.
Anonymous said…
sepakat..seharusnya ibu ga mengambil jalan pintas lewat calo..dengan lewat jalan pintas, ibu menyuburkan KKN bagian KOLUSI dan KORUPSI..gmn negara ini mau maju kalo yang bisa dilakukan sendiri harus dicalokan..saya hari ini ngurus paspor sendiri da muak rasanya melihat calo2 itu bergentayangan dengan riang sementara kita yang mengurus sendiri diperlama karena mendahulukan calo..
Anonymous said…
coba bikin paspor di kantor imigrasi manapun di jakarta. seperti living hell !
peduli amat dengan korupsi, wong orang imigrasinya juga mau kok di kasi uang.

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru