Heboh Plastic Free July


Hari ini lebih dari 2 juta orang dari 159 negara mulai mengikuti tantangan Plastic Free July. Sebuah gerakan dari Australia yang diinisiasi oleh Rebecca Prince-Ruiz tahun 2011 dan diikuti 40 orang kemudian setelah 7 tahun...masif! Diawali ketika Rebecca bekerja untuk Program Earth Carers di Western Metropolitan Regional Council di Perth. Sebuah program edukasi tentang sampah dan mengajak peserta untuk mengunjungi fasilitas daur ulang.  Walaupun Australia memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik tapi ketika Rebecca melihat jumlah sampah yang ada difasilitas daur ulang, ada hal yang mendasar yang merubah pola pikirnya yaitu tentang perilaku. Jadi Rebecca memutuskan untuk berusaha menghindari plastik dibulan berikutnya yang jatuh pada bulan Juli. 

Saya mengenal gerakan ini beberapa tahun yang lalu tapi tidak pernah mengikuti tantangannya. Nggak pernah beres deh kalau ikut tantangan..hehehe. Tapi bukan berarti saya tidak menaruh perhatian dengan tantangan Plastic Free July. Saya mengikuti prinsip dasar gerakan yaitu merubah perilaku dan menumbuhkan kesadaran bagaimana perilaku kita memberi dampak kepada lingkungan dan kesehatan. 

Mungkin karena tidak mengikuti tantangan, semangatnya tidak seheboh orang yang mengikuti tantangan. Tapi alhamdulillah, setidaknya ada perubahan perilaku dan bagaimana cara kami mengelola sampah. Koleksi tas belanja, rantang dan kontainer makanan saya makin banyak, sedotan stainless steel dibawa kemana-mana, anak-anak sudah tidak usah disuruh lagi untuk mengurus kompos, kami membuat sabun mandi dan cuci sendiri dan penjual langganan saya di pasar tradisional sudah tidak lagi berkomentar kalau saya kaya' bule...hahaha. Sebuah pencapaian yang patut disyukuri bukan :-)

Karena saya berlangganan berita Plastic Free July, tantangan tahun ini membuat saya ikutan heboh. Bisa jadi bagian dari gerakan masif ini membuat perasaan senang luar biasa mirip euforia. Dirumahpun ikutan heboh. 

Pagi ini saya dan si abi harus mengurus keperluan kapal di Lombok Timur. Kami berangkat pagi-pagi dari Mataram agar bisa mengejar sarapan serabi khas yang hanya ada di Lombok Timur. Tas berisi kontainer makanan untuk wadah serabi sudah saya siapkan dan idenya kami mampir untuk membeli nanas.  Sayapun berangkat dengan tersenyum puas karena bisa memulai hari dengan perencanaan yang baik.  Disepanjang jalan, topik pembicaraan kami tentang Plastic Free July.

Sampai di kios penjual nanas, saya ingin nanas utuh agar bisa dikupas di Lombok Timur. Tapi si abi punya kemauan lain. Dia tertarik dengan nanas yang sudah dikupas dan dibungkus dengan plastik berwarna kuning.  Alasannya supaya bisa dimakan dijalan karena memang perut kami masih kosong jadi bagus diisi buah2an dulu. Argumen kami berdua membuat si penjual nanas bingung...hahaha. Saya sebenarnya membawa kontainer makanan ekstra tapi karena kami buru-buru rasanya makan waktu menunggu si penjual nanas mengupas dulu. Akhirnya sambil misuh2, saya beli 1 kantong plastik berisi nanas yang ukurannya kecil dan tampak berwarna pucat. Ah, kena tipu2 si tukang penjual nanas yang saya pakai untuk bahan argumen lanjutan...hahaha. Sampai dirumah, kantong plastik berisi nanas warna pucat itu masih utuh. Kamipun nyengir sudah menghasilkan sampah plastik di hari pertama tantangan.

Well, perjalanan kami untuk bisa nirsampah tidaklah mulus. Ada banyak tantangan didepannya. Tapi paling tidak gerakan Plastic Free July membuat kami tertantang untuk memperbaiki niat. Semangat!


Comments

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru