Penantian

Ketika gempa dan tsunami melanda Aceh, keluarga besar bapak termasuk dari ribuan bahkan mungkin jutaan keluarga2 yang menanti kabar berita dari keluarga mereka yang tinggal di wilayah Aceh yang terkena bencana. Adik bapak dan kami para keponakannya biasa memanggil beliau dengan Paklik Melik tinggal di Banda Aceh dan kalau dilihat dari lokasi kejadian, tempat tinggal beliau termasuk yang kena hantaman gelombang tsunami.

Setelah penantian 2 hari sehabis gempa dan tsuanami tanggal 26 Desember, kami mendapat kabar bahwa Paklik dan keluarganya selamat. Hanya keluarga istrinya, ada beberapa yang menjadi korban.

Ternyata...beberapa hari setelah itu, bapak telpon bahwa yang selamat itu hanya Paklik, istri dan anak satu-satunya dinyatakan hilang. Paklik bisa selamat karena pada saat kejadian, beliau ada di Langsa sedangkan anak dan istrinya ada di rumahnya di Banda Aceh.

Hari2 penuh penantianpun harus dijalankan lagi. Sepanjang masa penantian itu saya mencoba mengingat kembali tentang Paklik dan keluarganya. Semenjak kecil saya belum pernah bertemu beliau, karena ketika beliau meninggalkan begitu saja tugas akhirnya sebagai mahasiswa di UGM karena temennya menjiplak habis skripsi yang dikerjakannya, beliau pindah ke Aceh. Walaupun tinggal jauh di Aceh, saya tetap dapat kabar tentang beliau dari Bapak. Termasuk ketika beliau ditawan GAM karena disangka mata2 TNI, maklumlah sebagai pegawai di Departemen Transmigrasi, tugas beliau adalah keluar masuk hutan untuk mencari lokasi transmigrasi. Ketika beliau menikah dengan orang Aceh dan memiliki anak perempuan, sayapun tidak ketinggalan beritanya.

Pertemuan pertama saya dengan Paklik dan istrinya adalah ketika saya menikah. Istri beliau yang dari Langsa begitu ramah. Sayang anak perempuannya tidak bisa ikut, karena tidak bisa jalan jauh alias suka mabok. Pertemuan lain dengan Paklik dan istrinya adalah ketika sepupu saya menikah di Temanggung, Jawa Tengah. Sayang, saat itu saya ataupun sepupu2 yang lain tidak bisa bertemu dengan anaknya Paklik karena dia tidak ikut. Jadi anaknya Paklik adalah satu2nya sepupu yang belum pernah saya atau sepupu yang lain temui.

Dalam penantian...do'apun kami panjatkan, agar istrinya Paklik dan anaknya dalam kondisi apapun tetap dalam lindungan-Nya.

Dan tadi pagi, penantian itupun berakhir...setelah sepupu saya yang anggota TNI mendapat kabar dari rekan2 TNInya di Banda Aceh, bahwa istri dan anaknya ternyata selamat. Mereka sempat menyelamatkan diri ke bukit yang aman dari amukan gelombang tsunami. Puji syukur tak henti2nya kami panjatkan.

Dalam satu dua hari Paklik dan keluarganya akan dibawa ke Jakarta dan mungkin ke Temanggung untuk memulihkan kondisi dan trauma yang dialami oleh anak-istrinya. Sebenarnya kakak dan adiknya Paklik sudah lama menyarankan beliau untuk pindah dari Aceh semenjak kejadian beliau disandera GAM. Ketika gempa dan tsunami melanda Acehpun, keluarga besar Bapak tetap dalam penantian menunggu Paklik dan keluarganya, apakah mungkin mereka bersedia pindah dari Aceh...ah, tapi rasanya beliau begitu mencintai tanah rencong...karena disana hati dan raganya telah berlabuh.

Comments

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru