Australia Trip - Berkebun dan Memasak di Sekolah

Perjalanan ke Australia kali ini adalah membangun jembatan persahabatan yang lebih solid antara SDN 3 Sugian yang lokasinya diujung timur laut Pulau Lombok dengan St Joseph Catholic Primary School yang lokasinya diujung tenggara Mornington Peninsula di negara bagian Victoria, Australia. Kedua sekolah ini mirip, sekolah kecil dan lokasinya dipesisir. Dan sejak tahun 2011, persahabatan antara kedua sekolah ini terjalin.

Tiba di Crib Point, saya memutuskan untuk kesekolah setelah menaruh barang di rumah kepala sekolah. Sebenarnya agenda hari itu hanya berkenalan di aula sekolah. Karena waktu cukup luang, kepala sekolah mengajak saya berkeliling dan mengunjungi semua kelas sambil berkenalan dengan guru serta murid-murid. Termasuk bertemu dengan seorang anak kelas 2 dan 3 yang ibunya saya temui pagi itu di counter imigrasi :-) Sebelum acara di aula, saya diajak jalan-jalan ke kebun dan lahan basah sekolah ditemani beberapa anak kelas 5.
Halaman sekolah St Joseph ini luas sekali, seperti kebanyakan sekolah-sekolah di Australia. Ada beberapa area bermain untuk kelompok kelas jadi mereka tidak berbaur dengan semua kelas ketika bermain, kemudian ada kebun sekolah dan areal lahan basah. Kebun sekolah dan areal lahan basah merupakan media belajar anak-anak diluar kelas dimana mereka bisa mengamati pertumbuhan sayur dan bunga yang selalu berganti sesuai musim serta binatang-binatang serta tumbuhan yang hidup dilahan basah. 
Di lahan basah, anak-anak belajar keragamanhayati yang jika dibandingkan dengan lahan basah di Indonesia yang tentu jauh tinggi...tapi, mereka bisa memanfaatkannya sebagai bahan belajar yang membuat mereka sangat kritis menganalisa. 
Diujung areal lahan basah, sekolah membangun rumah kaca mungil dimana anak-anak membibitkan pohon mangrove. Hanya satu species yang bisa tumbuh diwilayah selatan Australia.

Setelah puas berkeliling diareal lahan basah, anak-anak itu mengajak saya bereksplorasi dikebun sayur dan bunga yang letaknya bersebelahan dengan lahan basah.
Yang menarik buat saya adalah ban-ban bekas yang beralih fungsi sebagai tempat menanam berbagai macam sayuran. Ada staff khusus yang mendampingi anak-anak berkebun. Mereka belajar bagaimana menyemai dan merawat tanaman yang ada. Membuat kompos dan menaburkannya ketika sudah jadi. Apabila panen tiba, tomat, wortel, strawberry dan herba akan dibawa kedapur mungil dimana sang chef siap mengajak anak-anak memasak didapurnya.

Karena minggu itu bertema Indonesia, sang chef mencoba berdiskusi dengan saya sebelumnya kira2 makanan Indonesia apa yang simpel. Yang ada dalam pikiran saya adalah gado-gado. Tapi sayang, gado-gado  tidak bisa disajikan karena beberapa anak yang alergi terhadap kacang dan sangat beresiko jika mereka terekspos kacang. Akhirnya pilihan jatuh ke lumpia dan ayam panggang. Sayang ayamnya tidak halal, jadi saya hanya kebagian lumpianya saja...hehehe. 

Anak-anak yang bertugas didapur adalah kelas 4 dan 5. Ada yang membantu chef dan yang lainnya belajar membaca resep dalam dua bahasa. Kemudian saya dan guru membuat quiz yaitu mencium bumbu dapur dan anak-anak menjawabnya dalam bahasa Indonesia. Seru!

Sayang hari itu hujan dan suhu udara turun hingga 8 derajat celcius. Terlalu dingin untuk menikmati makan siang di kafe yang desainnya sangat menarik.








Comments

Riyadi Ariyanto said…
Potokan ya mbak Hani, detil-detil program berkebun dan memasaknya, saya ingin bikin di Jember..
Hani said…
saya nggak banyak jepret2 mas Riyadi karena sibuk berkegiatan dengan anak2. tapi nanti saya coba ceritakan lebih detil ya :-)
alaya said…
dari foto2nya kirain panas banget, ga taunya dingin :p
keren kebun sayurnya.

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru