Origami

Ibu saya adalah orang yang pertama kali mengajarkan origami. Beliau mengajarkan dasar-dasar melipat dan membuat beberapa model sederhana. Cuma sampai disitu karena ilmu origami beliau juga terbatas membuat model sederhana karena untuk keperluan mengajar di taman kanak-kanak.

Seperti kultur Jepang, origami diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya. Ketika punya anak, sayapun mengajarkan origami kepada mereka. Saya beruntung punya ipar orang Jepang. Ketika saya titip buku origami, saya tidak hanya dapat satu, tapi beberapa dengan tingkat kesulitan beragam.

Ritual ini berulang sampai anak kelima. Seperti kakak-kakaknya, Idris sangat antusias dengan seni melipat kertas ini. Ketika saya sedang membuat makotokoma, gasing hasil karya Makoto Yamaguchi, untuk seorang anak teman, Idris minta diajarkan. Saya belum pernah mengajarkan origami yang harus memasangkan beberapa lipatan. Tapi apa salahnya buat mengajarkannya. Idris tidak mengalami kesulitan hanya soal kerapian kadang dia ingin buru-buru sehingga ketika dipasangkan tidak begitu pas.

Hari itu sepanjang hari dia membuat makotokoma. Setelah membuat lebih dari 10 dan itu berarti dia harus melipat 30 kertas, dia mulai bosan. Dan dia mulai melihat-lihat koleksi buku origami saya...yang dilihat buku-buku karya Miyuki Kawamura dan Tomoko Fuse. Wedew...origami modular.

Comments

Riyadi Ariyanto said…
dari sebuah 'lipat-melipat', jepang jadi terkenal. Seni lipat-melipat kita apa ya mbak Hani? Janur?
Hani said…
iya sepertinya :-) jadi pengen belajar ngelipet janur deh...hehehe

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru