Jember


Tidak banyak yang saya ingat tentang Jember. Mungkin karena 23 tahun lalu, ketika saya mengunjungi kota ini, hanya sebatas singgah di stasiun kereta dan sekedar berkeliling alun-alun kota dengan becak sambil menunggu jadwal kereta. Selebihnya, saya habiskan waktu di Taman Nasional Meru Betiri.

Kebetulan seorang teman mengajak saya mengunjungi Jember, mengikuti dan menemaninya dalam sebuah workshop. Sebuah kesempatan untuk eksplorasi Jember lebih banyak disela2 workshop.

Perjalanan dari Surabaya dengan mobil travel menjadi lebih panjang karena harus jemput sana sini. Kebetulan penumpang tidak banyak dan semuanya punya ikatan kuat dengan Jember di masa kecil mereka. Tidak ada yang cerita tentang Jember Fashion Carnival ataupun Anang, melainkan pengalaman masa lalu. Perkebunan kopi dan tembakau, sungai2 yang melintasi kota, musim buah hingga edamame yang jadi salah satu andalan Jember.

5 jam waktu yang ditempuh dan kurang gerak membuat saya tergoda untuk dipijat. Kebetulan hotel punya daftar tukang pijat tradisional. Mari kita coba sensasi pijat tradisional a la Jember, walaupun saya pikir pijat tradisional dimanapun tidak jauh2 beda. Yang menarik buat saya adalah aksen Madura yang kental ketika si ibu pijat ngobrol. Ternyata Jember punya pengaruh kuat dari Madura dibagian utara dan Ponorogo ataupun Malang mempengaruhi kultur termasuk bahasa dibagian selatannya.


Lupakan timbangan badan untuk bisa menikmati kuliner dengan leluasa. Seperti kebanyakan kota di tanah Jawa, bangsa Cina memiliki peran dalam urusan makan dan Jember-pun bisa menawarkan beberapa diantaranya. Roti dan kue di Jeanette, Es krim Domino, atau Mie Apong di daerah Gebang. Atau yang bercitra rasa lokal seperti Sate Mangli.


Hujan dan badai hampir membatalkan niat untuk mengunjungi Tanjung Papuma di selatan Jember. Dengan sedikit alasan nekat, kita tetap berangkat dan berharap badai pasti berlalu :-)


Melewati hutan jati milik Perhutani sambil melihat para petugas yang tetap semangat dibawah hujan gerimis menebang pohon jati dan siap dibawa kepenampungan untuk dijual.



Seperti kebanyakan tipikal pantai yang menghadap samudra yang berombak besar serta kontur berbukit, Tanjung Papuma yang dikelola Perhutani menawarkan pemandangan menawan khas pantai selatan. Cukup surprised dengan banyaknya lontar yang  tumbuh disepanjang Tanjung Papuma.


Ketika saya googling mencari sesuatu yang enak untuk dijadikan oleh2, prol tape jawabnya. Tapi kok saya tidak menemukan kebun singkong ya selama jalan2 di Jember selain kebun tebu. Prol tape, suwar suwir, edamame dan terasi puger mengisi penuh dus karton bertuliskan Primadona.

Selama perjalanan kembali ke Surabaya, kami ditemani teman yang pekerjaannya mengurusi wisata. Saya iseng menanyakan tentang apa saja yang menarik untuk dilihat di Jember dan sekitarnya. Pembuatan coklat di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, panen tembakau, buka tutup giling pabrik gula, cerutu bobin cigar, terasi Pantai Puger dan daftarpun semakin panjang...

Comments

Anonymous said…
wah boleh satu box suwar suwirnya dilempar ke sini mmi... hehehe
alaya said…
belum pernah ke jember. tapi tempat yg belum pernah dikunjungi selalu menarik :)
Unknown said…
Visit 2 Jember ;)

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru