Lunch time

lunch_joy lunch_yosuke

lunch_bihun lunch_sushi

Jadwal kelas saya di Language Institute adalah dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore dengan 2 kali break selama 10 menit diantara jam kelas dan 1 jam untuk lunch time.

Waktu lunch time adalah waktu yang paling menyenangkan buat saya karena bisa kumpul dengan international students lainnya untuk sekedar ketawa-ketiwi melepas penat yang kadang2 timbul selama kelas, maklumlah saya masuk dilevel kelas untuk persiapan studi diuniversitas...jadi bisa dibayangkan khan betapa seriusnya...hehehe.

Rata2 international students yang belajar di Language Institute tinggal bersama homestay family. Sebenarnya rencana awal saya juga seperti itu, tapi kok ya waktu itu susah sekali mencari homestay dan akhirnya saya memutuskan untuk tinggal diflat saja.

Tinggal bersama homestay family istilahnya bisa untung juga bisa buntung. Keuntungan paling besar kita bisa memperlancar kemampuan bahasa inggris kita, tapi itu tidak bisa jadi jaminan juga. Disisi lain, budaya yang berbeda kadang2 bisa jadi masalah besar, terutama masalah makan. Kebanyakan keluarga di New Zealand, memilih makanan yang praktis untuk sarapan dan makan siangnya seperti sereal untuk sarapan dan sandwich untuk makan siang. Ini jadi masalah buat international students terutama orang Asia yang biasa mengkonsumsi makanan yang cukup mengenyangkan untuk sarapan dan makan siangnya.

Ada beberapa keluarga yang mengerti akan masalah ini, sehingga dengan senang hati mereka mau menyediakan makanan sesuai selera si students, tapi ada juga mengharuskan si students mengerti selera keluarga homestaynya dan ini jadi masalah buat beberapa students. Saya sering mendengar keluhan beberapa students tentang makanan yang mereka bawa. Bukan hanya soal selera, ada beberapa yang mendapat masalah karena makanan yang disediakan sudah berusia lebih dari 2 hari atau malah roti atau daging kalengannya sudah out of date.

Saya sendiri tidak ada masalah, lha wong saya masak sendiri...hehehe. Tapi kadang2 ada saat saya malas masak dan ingin memanjakan lidah saya dengan sushi atau kebab dengan resiko pengeluaran saya jadi bertambah. Yaaa...sekali2 ndak apa2 toh. Tapi kalau sudah begitu, saya suka membanding2kan harga makanan disini dengan di Indonesia. Untuk harga satu sushi disini setara dengan harga 2 nasi bungkus di Indonesia. Lha kalau makan satu sushi khan tidak kenyang, paling tidak saya beli 4 sushi, nah berarti itu setara 8 bungkus nasi di Indonesia...

Lho kok saya jadi kangen nasi bungkus ya :D

Comments

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru