Palembang

Dscf0764

Waktu saya masih di Sungai Gerong, perjalanan ke kota Palembang memakan waktu yang cukup lama bagi anak seumuran 4 tahun. Dan mata saya berbinar-binar ketika melihat Jembatan Ampera dari kejauhan yang menandakan bahwa sebentar lagi saya sampai dikota. Setelah melewati jembatan yang menjadi kebanggaan kota ini, mata saya kembali berbinar-binar dengan air mancur yang menari-nari tertiup angin didepan Mesjid Agung (sayang ketika saya jalan2 kesana, air mancurnya belum menari...hmm, mungkin karena terlalu pagi atau karena hari Minggu, sehingga air mancurnya libur menari...entahlah)

Setiap mengunjungi Palembang, rasanya belum sreg kalau belum menengok Jembatan Ampera dan berkeliling disekitarnya. Suatu pagi saya diajak Abi untuk jalan2 disekitar Jembatan Ampera...asli jalan kaki (dari rumahnya naik bis sih, maklumlah rumah ortu saya 12 kilo dari Jembatan Ampera). Dan dipermaklumkan karena sebelumnya saya selalu mengandalkan mobil sepupu atau keponakan saya...hehehe


Dscf0805

Karena merupakan kebanggaan orang Palembang, Jembatan Ampera dijadikan minatur di bandara yang baru dan diresmikan oleh presiden beberapa bulan yang baru.


Dscf0766

Semenjak Mesjid Agung direnovasi, saya ingin sekali melihat-lihat. Bangunannya diperluas dan ditambah ornamen2 yang mencirikan bangsa Sriwijaya.

Sayang, karena alasan masih pagi atau apa, saya tidak bisa menengok kedalam. Padahal saya cukup penasaran dengan Al Qur'an yang dibuat dalam ukuran besar dan diukir.

Dscf0769

Dscf0770

Ketika berkeliling disamping mesjid, saya menemukan ini (foto diatas). Saya pikir ini bus surat jaman Belanda. Tapi setelah saya baca...ternyata, kotak amal. Mungkin dirubah fungsinya ya.



Dscf0788

Dscf0775
Boat yang biasa digunakan untuk transportasi penduduk disekitar Sungai Musi

Ketika Abi ngajak jalan2 pakai boat menyusuri Sungai Musi, duuuh...ngapain sih, sepertinya kok kurang kerjaan sekali. Maklumlah warna sungainya yang butek, menurunkan selera saya untuk mengeksplorasinya. Tapi berhubung seumur-umur belum pernah, ya rasanya jadi penasaran juga. Setelah dikerubutin tukang boat yang berlomba-lomba menawarkan boatnya dengan harga spesial lebaran, akhirnya kami memilih salah satunya. Tertarik karena dia menawarkan untuk melihat Pulau Komaro...asli saya baru tahu kalau di Sungai Musi ada pulau.

Dscf0789
Pom bensin ditepi Sungai Musi

Dscf0787
Para anak2 dan remaja yang mungkin hendak rekreasi atau menengok sanak-familinya.

Dscf0783
Floating Mosque

Dscf0781
Pabrik Pupuk PT Pusri

Dscf0779
Salah satu sudut Pulau Komaro. Pulau ini terdapat klenteng yang ramai dikunjungi oleh pemeluk Budha pada waktu2 tertentu untuk bersembahyang.

Ternyata...menyenangkan juga mengamati kehidupan dipesisir Sungai Musi ;-)


Dscf0795

Dscf0792

Setelah puas menyusuri Sungai Musi, mata saya menangkap seorang bapak dengan rantang besar berbahan alumunium dan tas keranjang beranyam rotan. Aha! Tukang pempek! Saya sudah jarang menemukan tukang pempek. Waktu sudah tinggal di Kalimantan dan ketika berlibur di Palembang, kegiatan pagi hari saya adalah menunggu tukang pempek. Walaupun persentase ikan untuk membuat pempek lebih kecil dibandingkan jumlah tepung kanji dalam adonannya, saya selalu suka itu. Rasanya kenyal2 gimana gitu.

Tapi sekarang saya tidak berani jajan pempek sembarangan. Perekonomian kita yang rada membingungkan pada akhirnya juga berdampak pada para penjual pempek. Para penjual pempek pinggiran menambahkan formalin agar awet...argh! Belum lagi dosis MSG yang berlimpah agar rasanya gurih (ini tidak hanya untuk penjaja pempek keliling tapi juga direstoran2 yang menjual pempek)...membuat saya semakin selektif memilih pempek. Pada akhirnya saya hanya memilih pempek yang telah direkomendasi oleh para sepupu dan keponakan saya. Salah satunya Pempek Saga yang terletak di Jalan Merdeka, tidak jauh dari Jembatan Ampera juga.


Dscf0760

Dscf0761

Dscf0763

Sayang ketika itu sudah hampir sore, jadi yang tersisa hanya pempek lenggang panggang. Padahal saya sudah bermimpi untuk makan pempek panggangnya yang berharga Rp 2500 sebuah. Tapi rasanya makan 2 porsi pempek lenggang, sudah cukup mengobati rasa kangen saya dengan pempek yang lainnya.


Dscf0796
Martabak Har

Dscf0797
Roti canai dengan kuah kari yang rasanya...hmm :-)

Ketika jalan2, kita sengaja tidak sarapan dulu. Maklumlah, kita membiarkan perut kosong biar bisa menikmati martabak Har yang memang terkenal di Palembang dengan nikmat. Karena saya sudah pengalaman, makan martabak ini dalam kondisi perut sudah kenyang dan yang ada tidak selera walaupun aroma karinya yang tajam mengundang sekali.

Berhubung Abi sudah 6 bulan terakhir ini tinggal di Kepualauan Riau, lidahnya jadi rada melayu gitu. Dia lebih memilih roti canai dibandingkan martabak. Tapi kuah karinya sih sama.

Oh iya, martabak Har katanya akan buka cabang di Jakarta. Kalau tidak salah didaerah Kebon Jeruk. Jadi yang merasa kangen dan ingin tahu, silahkan mencobanya ;-)

Comments

Anonymous said…
Salam kenal, mbak...

Huwaaa... akhirnya nemu blogger yg nulis ttg Palembang! Mbak Hani org Palembang kah?

Hiks..Palembang, kangen banget!!!
Asih Najib Evan said…
hai...karena baru buka blognya, dan baca jadi ngeklik kesini...jadi kangen Palembang. Mertuaku juga di palembang, Plaju

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru