It's a small world

Bulan lalu ada orang Malaysia mengirimkan email kepada saya. Isinya pemberitahuan kalau dia akan berkunjung ke Lombok pada bulan September. Berhubung isinya yang singkat, wajarlah saya bertanya-tanya darimanakah dia mengenal saya. Karena biasanya mereka yang mengirimkan email akan menerangkan bagaimana mereka menemukan saya. Karena sepertinya niat si pengirim baik, saya balas emailnya dengan beberapa poin pertanyaan.

Singkat cerita, kami saling berbalas email. Bukan apa2, si pengirim email ini kalau cerita pendek2 jadi saya harus bolak-balik tanya. Setelah berbalas email beberapa kali, saya dapat kesimpulan bahwa beliau adalah peneliti kumbang yang ingin mengetahui jenis kumbang yang ada di Lombok. Well, karena titel penelitinya saya semakin penasaran, karena biasanya peneliti kerja untuk universitas atau lembaga pemerintah. Oalah...ternyata beliau sudah pensiun. Setelah itu langsung titelnya bertambah lagi dengan gelar Pakcik, panggilan hormat untuk laki2 yang lebih tua. Padahal sebelumnya saya main panggil nama saja lho!

Akhirnya saya bertemu Pakcik di Lombok. Karena Pakcik ingin melihat kumbang di hutan2 antara Pusuk ke Senggigi, saya minta tolong teman saya untuk menemaninya. Saya sebenarnya pernah soft-trekking Pusuk-Senggigi, hanya itu sudah lama sekali dan terakhir saya trekking yang ada malah nyasar. Yah daripada saya bikin sengsara orang, lebih baik beliau ditemani oleh orang yang biasa trekking disana.

Setelah mengajak Pakcik jalan2 bersama dua orang teman saya, akhirnya kami ngobrol panjang di sebuah kafe di daerah Senggigi. Ketika kami ngobrol, logat Malaysianya Pakcik tidak kental dan koleksi bahasa melayunya yang kadang2 suka bikin bingung tidak keluar sama sekali. Wah jarang khan ada orang Malaysia seperti beliau. Jangankan orang Malaysia, ipar saya yang menikah dengan orang Malaysia dan dalam jangka waktu setahun, ketika bertemu...duuuh, logat Malaysianya kental banget plus kosa-kata bahasa melayunya yang kadang2 membuat saya harus bolak-balik tanya.

Akhirnya Pakcik bercerita kalau dia menyelesaikan kuliah sarjananya di ITB. Ada harus...pikir saya. Beliau kuliah di jurusan Biologi. Ketika beliau menyebutkan jurusan Biologi, pikiran saya langsung ingat pada sebuah nama. Ya, dosen saya juga dulu kuliah di jurusan biologi ITB. Surprised rasanya! Saya tanyakan apakah Pakcik mengenal Pak Bob. Beliau menjawab bahwa beliau ingat walaupun Pak Bob adalah kakak tingkatnya. Pakcik bercerita bahwa Pak Bob adalah asisten praktikum di lab. hingga perawakan Pak Bobpun beliau masih ingat. Saya akhirnya bercerita juga tentang Pak Bob yang bukan hanya dosen melainkan juga menjadi pembimbing skripsi saya dan sampai sekarang saya masih tetap kontak dengan beliau.

Malamnya saya telpon Pak Bob di Manado. Luar biasa! Pak Bob juga masih mengingat Pakcik. Mungkin karena mahasiswa dari Malaysia yang kuliah di ITB pada saat itu sedikit jadi mudah dikenali. Pak Bob juga ingat ketika itu beliau adalah asisten praktikum untuk mata kuliah vertebrata.

Akhirnya, saya kasih alamat emailnya Pak Bob ke Pakcik karena beliau ingin menjalin kontak kembali.

Ada perasaan luar biasa dihati...tanpa sengaja saya mengikat kembali tali pertemanan antara dua orang dari dua bangsa yang terlepas selama lebih kurang 33 tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru