Posts

Showing posts from April, 2005

Jadi guru

Orangtua saya berprofesi sebagai guru. Bapak saya adalah guru olahraga dan geografi sedangkan ibu saya adalah guru TK. Walaupun profesinya guru, orangtua saya hidup berkecukupan. Tidak seperti cerita2 yang banyak kita dengar atau baca dimedia masa tentang nasib guru yang gajinya harus disunat atau bahkan tidak mendapatkan gaji dalam jangka waktu yang lama atau mereka yang harus mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta hidup dengan segala keterbatasan. Sebagai guru yang mengajar pada sekolah diperusahaan multinasional didaerah Bontang, Kalimantan Timur, orangtua saya mendapatkan fasilitas yang sangat baik. Setelah pensiunpun, orangtua masih mendapatkan beberapa fasilitas dari perusahaan. Walaupun bagi saya guru tidak identik dengan gaji kecil dan hidup prihatin, tapi saya tidak berminat atau bercita-cita menjadi guru. Kehidupan pinggir laut yang mulai akrab dengan saya ketika saya mulai memegang sertifikat junior openwater diver diusia 13 tahun membuat saya berc

The Have

Image
Ketika di Sajang, kami menginap di sebuah villa yang merupakan villa seorang teman SMA-nya Abi. Karena beliau keturunan Arab, penduduk sekitar memanggilnya Abah Jamal. Si Abah merupakan seorang pengusaha yang banyak memiliki usaha diberbagai bidang. Luas areal villanya si Abah kurang lebih 14 ha. Terdiri dari perbukitan dan dataran. Untuk mencapai villa si Abah kita melalui jalan tanah yang sudah dikeraskan, mungkin sekitar 1 kilometer dari jalan besar. Fasilitas listrik dipasok dari PLN dan Abah yang memfasilitasi jaringan listrik dirumah-rumah penduduk disekitar villanya. Air? Sajang kaya akan sumber mata air. Dan si Abah memasang pipa sejauh 13 km untuk mendapatkan mata air tersebut. Kalau lihat foto diatas, sumber mata air untuk keperluan villanya, ada dicelah antara gunung itu. Ketika si Abah rutin mengunjungi villanya, ada tukang kebun yang mengurusi kebun bunga yang memiliki 23 jenis bunga dataran tinggi. Termasuk tulip, katanya. Sayang karena terlalu sibuk, si Abah jarang berku

Bukit Pergasingan

Image
Setelah 1 hari di Sajang, kita turun ke Sembalun yang merupakan tempat awal pendakian Gunung Rinjani selain Senaru. Kebetulan di Sembalun kita banyak kenalan yang merupakan teman2 yang aktif di pesantren pertanian, sebuah pesantren yang menitikberatkan kegiatannya pada pertanian yang selaras alam. Sebenarnya saya orang yang cukup sering mengunjungi Sembalun. Tapi tidak pernah lihat pesantren pertaniannya, karena selama ini saya mampirnya ke rumah yang punya pesantren yaitu Pak Abdurrahman. Karena kebetulan saat itu penghuni rumah Pak Abdurrahman lagi pada di pesantren, akhirnya kita saya lihat pesantrennya juga. Pesantren pertanian letaknya persis dibawah Bukit Pergasingan. Walaupun namanya bukit, tapi tingginya diatas 1000 meter. Saya jadi ingat sebuah gunung di Pulau Ambon, namanya Gunung Salahutu yang biasa dipakai mendaki oleh mahasiswa (saya sempat naik 3 kali) yang tingginya hanya sekitar 900 meter. Ketika di pesantren, saya tanya tentang Bukit Pergasingan. Menurut cerita, nama P

Sajang

Image
Long weekend minggu lalu kita rencanakan untuk ke Sajang, daerah di kaki Gunung Rinjani. Sebelumnya kita sudah pernah kesini dan rupanya anak2 senang sehingga mereka minta ke Sajang lagi. Kebetulan Mbak Retno, temennya Abi waktu ikut Operation Raleigh juga lagi pengen menghabiskan long weekendnya di Lombok setelah sebelumnya harus presentasi di sebuah seminar di Mataram. Menuju Sajang, bisa lewat dua rute, yang pertama lewat Utara menyusuri pantai barat pulau Lombok dan jarak tempuhnya sekitar 3 jam atau lewat Lombok Timur terus ke Utara langsung masuk Taman Nasional Gunung Rinjani dan jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam perjalanan. Soal pemandangan selama perjalanan ditanggung tidak bikin bosen. Kebetulan kita lebih senang lewat rute ke Lombok Timur masuk ke kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani. Foto diatas adalah Puncak Pass sebelum turun masuk kawasan Sembalun dan dari Sembalun hanya 10 menit ke Sajang. Kalau dilihat, Mbak Retno seperti saltum alias salah kostum karena biasan