Tifus

Ketika hari kedua puasa, pas sahur Khansa bangun sendiri. Surprised nih, pikir saya. Dengan muka masih mengantuk, Khansa bilang kalo dia merasa pusing. Setelah saya raba dahinya...lho kok hangat. Yaa sudah deh, Khansa hari ini nggak usah puasa dulu. Kemudian setelah minum susu hangat, dia tidur lagi.

Besok paginya, dia muntah, diare dan suhu badannya tinggi. Wah, si Khansa kenapa nih?
Malamnya pergi ke dokter praktek langganan, tapi kebetulan si dokternya lagi ke Timor Leste, jadi yang ada dokter pengganti. Ya sudahlah, lagian susah cari dokter yang praktek malam minggu. Setelah diperiksa, si dokter bilang dia kena radang tenggorakan dan kena gejala tifus. Haaa?! Tifus?! Setelah dibuati resep obat saya tanya obat apa saja itu, si dokter bilang untuk pencernaan, penurun panas sama antibiotik. Setelah minum obat itu, Khansa tetap diare sampai paginya. Lha, yang mana nih untuk diarenya.

Karena penasaran, si Abi tanya keponakannya yang dokter. Sayapun nggak kalah nanya ke Google. Keponakannya si Abi bilang kalo gejala tifus nggak seperti itu, karena tifus itu malah gejalanya sembelit. Dan tifus masa inkubasinya 5 sampai 7 hari. Informasi yang saya dapat di Google juga demikian. Wah, rupanya si dokter praktek kaya'nya seenak udelnya deh ngomong. Gimana saya nggak dibuat panik dengan kata tifus itu. Gara2 si tifus itu pula, malam itu si Abi tidur disamping Khansa sambil jaga Khansa kalo dia banyak bergerak...khan kalo tifus nggak boleh banyak bergerak.

Setelah dimonitor 2 hari, kemungkinan besar si Khansa kena disentri. Dan disentri prosesnya biasa sampai seminggu. Alhamdulillah, sejak kemarin Khansa makannya sudah enak setelah 2 hari makannya cuma bubur dan itupun sedikit dan sakit perutnya berkurang setelah antibiotiknya diganti yang memang untuk masalah pencernaan.

Comments

Popular posts from this blog

Tukang pijat

Gado-gado

Kebiasaan baru